Minggu, 28 November 2010

cerpen ku


Untuk Karina
            Sahabatku…
Jika ku jatuh nanti, bantulah aku untuk bangun.
Obatilah lukaku dan hapuslah air mataku….
            Jika aku lemah…
Tuntunlah langkahku dan tersenyumlah untukku….
            Jika ku buta…
Bimbinglah aku, terangi mimpiku….
            Jika ku bersedih,
Tunjukkan aku bahagia, ajarkan aku tersenyum.
Dan perlihatkan ku pada ceriamu…
            Tapi jika aku mati…
Jangan lah menangis, jangan lah kecewa, janganlah terluka.
Karna jika kamu menangis….
Ku tak mampu lagi untuk bangun dan menghapus air matamu…
            Ku akan berjanji…
Akan tetap hidup di dalam hatimu walaupun aku telah pergi meninggalkanmu.
                                                ****************

            “Kamu jahat Dewi, kamu kan tahu kalau aku suka sama kak putra. Aku menyuruh kamu mendekatinya agar dia bisa dekat denganku, tapi kenapa kamu malah menjadi sangat dekat dengan dia sekarang dan dia malah sama sekali tidak pernah peduli padaku lagi!!”
            Aku keget bukan main, sebelumnya Karina tidak pernah semarah ini padaku, aku benar-benar merasa bersalah. Tapi aku tidak pernah berniat untuk membuat dia jadi marah seperti itu padaku.
            “Tenang dulu Na, aku tidak…………”
            “Apa?, apa?, kamu pasti mau bilang kalau aku tidak bermaksud untuk menyakiti kamu Karina, aku sudah tidak percaya lagi sama kamu Dewi!”
            Aku benar-benar kahabisan akal menghadapi Karina, dia berubah drastis setelah mendengar gosip bahwa aku di tembak oleh kak Putra, kakak kelas yang sangat di sukai Karina.
            Tapi itu semua tidak benar, kak Putra tidak pernah mengatakan cintanya padaku, dia bahkan pernah mengatakan bahwa dia juga suka pada Karina, kak Putra sama sekali tidak pernah menyukai ku.
            Karina, andai kamu tahu yang sebenarnya terjadi, tapi bagaimana mungkin aku bisa menceritakan semua padamu kalau kamu tidak mau mendengar kata-kata ku.
            “Semua ini ngak seperti yang kamu pikirin Karina…, biar aku jelasin dulu.”
            “Udahlah dew, aku udah ngak percaya lagi sama kamu. Mulai sekarang!! Kamu bukan sahabat aku lagi, persahabatan kita putus sampai disini Dan jangan pernah ganggu aku lagi!!”
            Jantung ku remuk, dengan sangat mudah Karina memutuskan persahabatan yang sudah kami jalani selama 10 tahun hanya karna kak Putra.
            “Kamu tega memutuskan persahabatan kita hanya karna kak Putra Karin?”
            “Ya…., kenapa tidak?, kamu juga tega kan diam-diam punya hubungan dengan kak Putra, asal kamu tahu ya dewi. Kamu sama saja menikam aku dari belakang..!!”
                                                          *************
            “Bagaimana Dewi?, kamu sudah bicara dengan Karina?”
Suara kak Putra membuyarkan lamunanku, aku kembali kaget harus ku katakan apa pada kak Putra tentang Karina?
            “Apa?, jadi Karina mengira kalau kita punya hubungan special?, it…..itu ngak mungkin, selama ini kita cuman berteman saja kan?, kenapa Karina bisa berfikir seperti itu?”
            Aku tidak bisa melihat ekspresi wajah kak Putra saat itu, andaikan ada sesuatu yang bisa ku lakukan saat ini, tapi apa?, Karina saja sudah tidak percaya padaku, dan sebentar lagi kak Putra juga pasti akan membenci ku, lengkaplah semua.
            “Maafkan Dwi kak, seharusnya kita tidak usah terlalu dekat, kalau sudah seperti ini, pasti kakak yang akan sedih”
            Ku lihat kak Putra menundukkan kepalanya, aku pasrah dengan apa yang akan terjadi setelah ini, hidupku sudah tidak ada lagi.
            “Kita harus mengatakan yang sesungguhnya Dwi, ini tidak boleh terjadi, dia salah faham!”
            Ku tutup mulutku erat-erat, aku tidak ingin melanjutkan kata-kataku lagi, semuanya terlalu sulit untuk aku lalui, andaikan waktu bisa di ulang, aku memilih tidak mau dekat dengan kak Putra.
            “Dwi……………..”
            Suara kak Putra menepis lamunanku.
            “Maaf sudah melibatkan kamu dalam masalah ini, seharusnya kakak bisa mengutarakan sendiri perasaan kakak pada Karin, tapi kakak terlalu pengecut, sekarang kamu yang menjadi korbannya, maaf ya?”
            Aku tertengung, ku tarik nafas panjang, masalah ini makin rumit saja.
            “Dwi akan selesaikan maslah ini kak, bagaimanapun caranya Dwi akan berusaha untuk menjelaskan yang sebenarnya pada Karina”
                                                          **************
          Hatiku berdetak cepat, ku genggam erat tanganku yang semakin mendingin, ku pandangi ruang tamu rumah Karina, aku sengaja datang untuk menjelaskan yang sebenarnya, semua tidak seperti yang Karina pikirkan.
            “Sebentar ya non, bibi panggilkan non Karina”
            Aku hanya mengangguk, hatiku terus bertanya,
            “Maukah Karina menemuiku?”
            10 menit sudah berlalu, tapi Karina belum juga muncul, aku membetulkan pakaianku, ku ambil lagi tas yang ku letakkan di sampingku, aku tahu, Karina pasti tidak ingin menemuiku.
            Tak ingin menunggu bibi lagi, aku lansung keluar dari rumah Karina, aku tahu memang ini tidak sopan, tapi ini lebih baik daripada aku terus menunggu orang yang belum jelas akan menemuiku atau tidak.
            “Sabar Dwi, semua ini butuh proses, mungkin masih sulit bagi Karina untuk memaafkan mu, yakinlah bahwa ini pasti akan berahir dengan baik”
            Ku yakinkan diriku sendiri, tampa terasa air mataku mengalir, aku tidak menyangka niat baikku untuk mendekatkan Karina dengan kak Putra malah menjadi bomerang yang balik menyerang bahkan menghancurkanku.
            Ku tundukkan kepala ku, hari ini begitu berat rasanya, aku tidak ingin ini terjadi, ingin rasanya ku lewati masalah ini, tapi itu tidak mungkin.
            “Heiiiiiiiiii, awaaasss!!!!!!!!”
            Teriakan itu membuatku tersadar bahwa ku berada di tengah jalan.
            “Ya Allah!!!!”
                        Aku kaget, sebuah mobil melaju cepat kearahku sang pemilik mobil berteriak menyuruhku menyingkir dari jalan, tapi semua saperti terlalu cepat, kurasakan tubuhku terpental jauh, semuanya terasa sakit, bahkan aku tidak bisa merasakan kaki dan tangan ku, ku lihat orang-orang berlarian kearahku, mendadak kepalaku berputar, semuanya menjadi kabur, lalu………………….gelap.
                                                            **************
            “Dwi, bangun!!!!”
            Ku dengar suara Karina membangunkan ku dengan kasar, aku pun membuka mataku, kulihat di depanku ada Karina dan kak Putra, mereka menatapku dengan tatapan yang penuh dengan amarah, aku tidak tahu kenapa.
            “Lihat, lihat Dwi, gara-gara kamu kakak tidak bisa memiliki Karina, dia menjadi benci kepada kakak karna kamu, kamu harus bertanggung jawab Dwi, kamu harus bertanggung jawab!!!”
            Suara kak Putra menggelegar, dia berubah bagaikan binatang buas yang siap menerkamku.
            “Lihat, lihat Dwi, karna kamu aku tidak bisa dekat dengan kak Putra, kamu kecentilan Dwi, kenapa kamu harus merebut orang yang aku sukai?, semua ini karna kamu Dwi”
            Karina, dia begitu mengerikan, aku tidak pernah melihat wajah karina yang ada di hadapanku ini, ada apa ini sebenarnya?, kenapa mereka tiba-tiba menyerangku?, ada dimana aku sekarang?, tempat ini tidak aku kenal.
            Tiba-tiba tubuhku seperti tersentak kuat, aku merasakannya berulang-ulang hingga 3 kali, lalu………………………
            “Sayang, Dwi bangun sayang, ini mama”
            Aku kembali mendengar suara orang di dekatku, suara itu seperti suara mama.
            “Dwi bangun, ini aku Karina”
            Hatiku berdetag keras, Karina, apakah dia ada disini?, perlahan ku buka mataku yang terasa sangat berat, ku gerakkan bola mata melihat ke sekeliling, ada mama, seorang wanita dan seorang laki-laki yang sama-sama memakai pakaian yang berwarna putih, dan orang yang sangat aku kenal, Karina.
            “Akhirnya kamu sadar juga Dwi, mama khawatir sekali kamu kenapa-napa”
            Aku ingin bicara tapi terlalu susah, akhirnya aku hanya tersenyum kearah mama.
            “Dwi, aku……….aku minta maaf, seharusnya aku menemui kamu waktu kamu kerumahku tadi, tapi aku terlalu egois, aku hanya memetingkan diri sendiri dan ngak pernah mikirin tentang kamu, tadi kak Putra udah jelasin semuanya sama aku, aku minta maaf  Dwi, aku udah salah paham sama kamu, maafin aku Dwi”
            Apa?, kak Putra sudah menjelaskan semuanya kepada Karina, dan dia sudah memaafkan aku, terima kasih ya Allah akhirnya Karina tahu yang sebenarnya dan dia bisa memaafkan aku.
            Aku hanya bisa tersenyum kearah Karina, hatiku sangat bahagia, tapi mendadak aku merasa sangat lemah, seluruh tubuhku seperti membeku, nafas ku serasa sesak, tiba-tiba ak seperti melihat sesosok bayangan menghampiriku, semuanya berlansung singkat tampa ku sadari semuanya menjadi gelap.
                                                            *****************
            “Dimana aku?”
            Saat sadar aku sudah berada di tempat yang sepertinya aku kenal, lama aku berfikir baru aku sadari bahwa aku ada di kamarku.
            “Tapi kenapa aku bisa ada disini?, bukankah tadi aku ada di rumah sakit?”
            Belum hilang rasa penasaranku, aku mendengar suara banyak orang di ruang depan, aku melangkah kesana.
                                                           
            Aku kaget bukan main, mama, papa, Karina, Kak Putra, dan teman-teman kelasku sedang mengaji di depan tubuhku, apakah ini artinya.
            “Aku sudah meninggal?”
            “Dwi, aku cuma bisa berdo’a, supaya kamu tenang di alam sana, maafin aku Dwi.”
Tubuhku lemah, aku……..aku sudah meninggal?, air mataku jatuh, aku sudah tidak ada di dunia ini lagi, aku tidak bisa bertemu dengan mama, papa, dan teman-temanku, terlebih Karina.
            Aku berjalan mendekati tubuhku yang terbaring pucat itu, hatiku berusaha untuk menerima semua ini, mungkin jalan ini adalah jalan takdir hidupku, aku cuma bisa mengunggkapkan, selamat tinggal mama, papa, teman-teman, dan………selamat tinggal Karina.
                                              ****************
            Sahabat sejati dalam suratan puisi.
Adalah mawar yang bersemi, sejuta angan di hati.
            Menepis setiap angkara murka.
Harum mewangi dalam dasar darah.
            Menjadi permata dalam sukma.
Keindahan, harapan, dan impian bersaudara selalu menyertai cinta.
            Namun sayang…………..
Di kala cinta pudar, semua impian akan sirna.
            Kata-kata manis menjadi api.
Ungkapan sayang menjadi benci.
            Bahasa rindu menjadi duri.
Semua itu terjadi………………………………………….
            Karna keegoisan menguasai diri.



                                                                                                  By writer :

                                                                                                      Alyssa Fajria
                                                                                                      10 november 2010
                                                                                                            1:53





0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons